AMP Bandung (ist) |
Bandung, MAJALAH SELANGKAH -- Mahasiswa Papua yang kuliah di
Jawa akan menggelar aksi demonstrasi damai, Senin, (13/10/14) di Depan
Gedung Sate Bandung Jawa Barat untuk menuntut pemerintah membebaskan
dua jurnalis asal Perancis, Valentine Bourrat (29) dan Thomas Dandois
(40) yang ditahan di Papua sejak 65 hari lalu di Wamena, Kabupaten Jayawijaya Papua.
Mereka (Valentine Bourrat dan Thomas Dandois) ditangkap karena dinilai melakukan peliputan illegal dan diduga melakukan komunikasi dengan Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di wilayah itu, Puron Wenda dan Enden Wanimbo.
Wens K dalam keterangannya tertulisnya kepada majalahselangkah.com, Jumat (10/10/14) mengatakan, pada aksi damai itu, mahasiswa juga akan menuntut kepada pemerintah untuk membuka akses bagi jurnalis internasional untuk meliput Papua seperti daerah lainnya di Indonesia.
Mahasiswa akan mempertanyakan, mengapa wartawan asing bias ke Aceh, Maluku, Makassar, dan daerah lainnya di Indonesia tetapi tidak untuk Papua? Ada apa di Papua?
Mahasiswa menilai, Indonesia adalah negara demokrasi tetapi mengisolasi Papua dari pemberitaan media internasional dan melarang lembaga-lembaga internasional masuk ke Papua. Kondisi ini telah berlangsung 50 tahun lebih.
Wenas K mengatakan, dalam kondisi terisolasi itu perintah Indonesia, melalui aparat negara TNI-POLRI melarang adanya kebebasan bereskpresi bagi rakyat Papua di muka umum, serta terjadi penangkapan disertai penganiayaan terhadap aktivis-aktivis pro kemerdekaan Papua Barat.
"Teror, intimidasi, penahanan, penembakan bahkan pembunuhan terhadap rakyat Papua terus terjadi hingga dewasa ini di era reformasinya Indonesia. Hak Asasi Rakyat Papua tidak ada nilainya bagi Indonesia," tulisnya.
Kata Wens, penengkapan terhadap Thomas Dandois dan Valentine Bourrant ini membenarkan bahwa kehadiran Indonesia di Papua Barat bertujuan untuk menguasai dan menjajah, tidak untuk membangun Rakyat Papua.
Maka, pihaknya mengajak mahasiswa Papua untuk datang pada aksi damai yang akan digelar pada Senin, (13/10/14) di Depan Gedung Sate Bandung Jawa Barat tersebut. Aksi akan dimulai pada Pukul 09.00 selesai WIB dengan titik kumpul Jalan Karapitan Depan Kampus UNLA dan Asrama Papua Cilaki. (GE/003/MS)
Mereka (Valentine Bourrat dan Thomas Dandois) ditangkap karena dinilai melakukan peliputan illegal dan diduga melakukan komunikasi dengan Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di wilayah itu, Puron Wenda dan Enden Wanimbo.
Wens K dalam keterangannya tertulisnya kepada majalahselangkah.com, Jumat (10/10/14) mengatakan, pada aksi damai itu, mahasiswa juga akan menuntut kepada pemerintah untuk membuka akses bagi jurnalis internasional untuk meliput Papua seperti daerah lainnya di Indonesia.
Mahasiswa akan mempertanyakan, mengapa wartawan asing bias ke Aceh, Maluku, Makassar, dan daerah lainnya di Indonesia tetapi tidak untuk Papua? Ada apa di Papua?
Mahasiswa menilai, Indonesia adalah negara demokrasi tetapi mengisolasi Papua dari pemberitaan media internasional dan melarang lembaga-lembaga internasional masuk ke Papua. Kondisi ini telah berlangsung 50 tahun lebih.
Wenas K mengatakan, dalam kondisi terisolasi itu perintah Indonesia, melalui aparat negara TNI-POLRI melarang adanya kebebasan bereskpresi bagi rakyat Papua di muka umum, serta terjadi penangkapan disertai penganiayaan terhadap aktivis-aktivis pro kemerdekaan Papua Barat.
"Teror, intimidasi, penahanan, penembakan bahkan pembunuhan terhadap rakyat Papua terus terjadi hingga dewasa ini di era reformasinya Indonesia. Hak Asasi Rakyat Papua tidak ada nilainya bagi Indonesia," tulisnya.
Kata Wens, penengkapan terhadap Thomas Dandois dan Valentine Bourrant ini membenarkan bahwa kehadiran Indonesia di Papua Barat bertujuan untuk menguasai dan menjajah, tidak untuk membangun Rakyat Papua.
Maka, pihaknya mengajak mahasiswa Papua untuk datang pada aksi damai yang akan digelar pada Senin, (13/10/14) di Depan Gedung Sate Bandung Jawa Barat tersebut. Aksi akan dimulai pada Pukul 09.00 selesai WIB dengan titik kumpul Jalan Karapitan Depan Kampus UNLA dan Asrama Papua Cilaki. (GE/003/MS)
Sumber : www.majalahselangkah.com
Posting Komentar